Renungan Dari Dunia Musik 9-10 Februari

9 Februari 2011
 “Karena itu, hai manusia, siapapun juga engkau, yang menghakimi orang lain, engkau sendiri tidak bebas dari salah. Sebab, dalam menghakimi  orang lain, engkau menghakimi  dirimu sendiri, karena engkau yang menghakimi orang lain, melakukan hal-hal yang sama. (Roma 2:1)

Tanggal hari ini adalah tanggal kelahiran komponis serialis Alban Berg. Ia lahir di Austria, tahun 1885. Berg adalah seorang murid Arnold Schoenberg. Musiknya sangat kompleks  dan sulit dicerna secara cepat. Selama hidupnya didunia musik, ia menjadi agak terbiasa menghadapi penolakan.

Dalam suatu pertunjukan pada tahun 1935, penonton wina-diperkuat oleh para pesuruh Nazi-mulai berteriak-teriak menimpali musiknya, “Hidup Tchaikovsky!” Mendengar hal itu, Berg mengamati keheranan, “Anak-anak malang. Kakek-kakek mereka bertingkah laku sama ketika Simfoni kelima Tchaikovsky dimainkan di ruang ini empat puluh tahun yang lalu. Mereka berteriak-teriak meminta beberapa karya Schubert dimainkan!”.

Sejak awal sejarah musik hingga hari ini, para komponis ditolak ketika mereka mencoba sesuatu yang baru atau modern. Komposisi-komposisi seperti kuartet string Beethoven dinilai menjijikan ketika semuanya ditulis, tetapi sekarang diakui sebagai karya jenius dan diperdengarkan dimana-mana. Di zaman kita sekarang ini, orckestra-orkestra simfoni dapat kehilangan ratusan pelanggan  yang dibutuhkan jika mereka mempertunjukkan terlalu banyak musik modern. Kebanyakn diantara kita tidak menyukai atau menolak perubahan.

Kristus sendiri ditolak oleh banyak orang karena mereka tidak bisa bertoleran terhadap perubahan-perubahan yang diperkenalkanNya. Sering kita senang untuk “tinggal tetap dijalan-jalan kita” sekalipun kita tidak tua secara usia. Kita masing-masing perlu memeriksa hati kita dan keterbukaan hati kita untuk berubah. Kita perlu mamakai kearifan di area-area yang baru bagi kita, karena jika tidak, kita akan menolak yang sesungguhnya telah diinspirasikan oleh Allah.

Note: Tanyakanlah pada diri Anda sebuah pertanyaan yang keras: Di antara banyak orang yang anda tahu, adakah seorang yang mungkin Anda hakimi secara tidak adil? Mintalah agar Allah menunjukkan bagaimana Anda harus berpaling dari menghakimi dan menerima orang-orang lain sebagaimana Ia menerima kita.


10 Februari 2011
Terimalah satu akan yang lain, sama seperti Kristus juga telah menerima kita, untuk kemulian Allah. (Roma 15:7)

Siapakah yang lebih bijaksana? Orang yang menyatakan bahwa dirinya lebih pandai dari orang lain, atau orang yang dengan rendah hati mengijinkan orang lain merendahkan martabatnya-sementara di dalam hatinya ia tahu kebenaran yang sesungguhnya? Melalui kisah hari ini tentang Eubie Blake, seorang pemusik jazz yang besar, mari kita lihat siapa yang lebih bijaksana.
 
Ketika jazz masih merupakan sesuatu hal yang baru bagi beliau, tidak banyak para pemain yang tahu membaca musik. Mereka yang dapat melakukannya dijuluki “Profesor”, dan kadang-kadang dicurigai. Akan tetapi, tentu ada banyak kekecualian, seperti seorang musikus cemerlang Afrika-Amerika bernama Eubie Blake, yang dapat membaca dan membuka dan mengubah musik dengan mudahnya.

Namun, masa-masa awal pada waktu itu penuh dengan prasangka dan kefanatikan sehingga beberapa orang kulit putih pemilik klub-klub jazz tidak bias percaya bahwa seorang kulit hitam dapat begitu terdidik atau begitu pandai. Blake mengingat: “Pada masa-masa itu, para musisi Negro bahkkan tidak disarankan untuk membaca musik.”.Para pemilik klub-klub seolah-olah merasa terancam jika seorang musikus kulit hitam dapat melakukan hal tersebut sebaik para musisi kulit putih.

Blake bisa saja mempertontonkan kemampuannya membaca musik. Sayangnya hal  itu bisa menyebabkan band-nya dipecat.Sebagai gantinya, ia memilih sebuah gagasan untuk lebih merendah . Ditempatkannya anggota-anggota band-nya di depan penyangga partitur musik lalu bermain secara memesona. “Kami harus berbuat seolah-olah tidak bisa membaca,” ia menjelaskan, “kemudian mereka kagum melihat bahwa kami bisa bermain, dan mereka berpikir bahwa semua itu kami pelajari dengan cara mendengar.” Karena para pemilik klub berpikir bahwa band Blake tidak dapat membaca musik, maka mereka lebih lagi dipuji karena menghapalkan seluruh musik yang mereka pertunjukkan! Hal itu mengangkat reputasi serta kesuksesan band mereka, sementara Blake serta teman-temannya senyum- senyum saja.

Pilihan Blake tersebut, yang diambil dengan pendekatan kerendahan hati, berujung manis. Ia mendapat upah lebih besar ketimbang jika ia memilih memportontonkan kemampunannya. Allah memperhatikan kita ketika kita bertindak rendah hati dan penuh kasih, serta melayani orang lain. Dan walaupun mungkin kita tidak menerima upah disini, di bumi, untuk pelayanan yang demikian, kita akan menerima upah didalam kekekalan.

Note: Sayang sekali, berita krimanal dalam kebencian atau prasangka sangat meningkat sekarang ini. Amatilah tajuk utama diberbagai surat kabar Anda, temukanlah sebuah kisah tentang seorang yang menjadi korban kriminal yang demikian, dan doakanlah orang tersebut selama satu minggu mendatang ini.
Category: 0 komentar

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan anda berkomentar, namun tetap jaga kesopanan dengan tidak melakukan komentar spam.